Terkadang
aku merasa iri dengan langit , mengapa langit setelah turun hujan akan muncul
pelangi yang indah. aku mengartikannya, mengapa setelah langit menangis akan
datang kebahagiaan… mengapa itu semua berbanding terbalik dengan kehidupan ku
saat ini,,
Aku
mengamati sebuah foto berbingkai perak. Di dalam foto tersebut tampak tiga
orang remaja berseragam putih abu tengah tersenyum bahagia. Di foto itu seorang
cowok yang sangat kusayangi tengah merangkul kedua cewek yang berdiri disamping
kiri dan kanannya. Salah satunya adalah aku yang berdiri di samping kanan si
cowok.. namun kehangatan yang terlihat dalam foto itu kini hanyalah sebatas
kenangan yang terkubur dalam pikiran dan hati kami masing-masing.
Persahabatan
yang awalnya sarat dengan canda,tawa, dan kebahagiaan. Kini, berbanding
terbalik dengan sebelumnya. Persahabatan kami kini tak sehangat dulu lagi. Tak
ada lagi senyuman jika kami bertemu, tak ada lagi keakraban di antara kami. Itu
semua karena adanya persaingan diantara kami yang membuat semuanya menjadi
berubah..
Berawal
saat desember tahun lalu. Persahabatan yang sudah kami jalin selama kurang
lebih 2 tahun. Membuat kami bertiga saling mengenal satu sama lain, seiring
dengan berjalannya waktu, timbul benih-benih cinta diantara kami.. yah aku dan
lisa, sahabatku. Sama- sama merasa tertarik dengan Aldi.satu-satunya pria di
antara kami bertiga.. saat itu aku memang menaruh hati pada aldi. Aku yang
awalnya selalu menulis tentang perasaan ku pada aldi di sebuah buku harian
kecil, tanpa sengaja terbaca oleh lisa. Dan semenjak saat itu, perasaan ku pada
aldi bukan lagi menjadi rahasiaku sendiri, melainkan rahasia kami berdua.
Berkat
dorongan lisa, aku semakin yakin untuk menyatakan perasaan ku pada Aldi. “ayo,
lebih baik utarakan saja perasaan mu pada Aldi, semakin cepat akan semakin
baik.. jangan sampai ada seseorang yang mendahului mu”, begitulah ucapan lisa
tiap kali ia menyemangatiku.
Hari
demi hari berlalu, itu berarti tanggal 31 desember semakin dekat. Yeah,
ditanggal 31 desenber nanti tepatnya saat malam pergantian tahun, aku akan
mengutarakan perasaan ku pada Aldi..
Hari
yang aku tunggu akhirnya tiba. Nuansa tahun baru semakin kental dengan adanya
aksesori-aksesori seputar perayaan tahun baru yang dijual hampir disetiap kios
pinggir jalan..
Sepulang
sekolah aku sengaja memilih pulang secara terpisah dari kedua sahabatku. Karena
aku ingin mengunjungi sebuah toko yang ada di salah satu pusat perbelanjaan..
Mata
ku tertuju pada sebuah harmonika berwarna keemasan yang di pajang di etalase.
Aku langsung memasuki toko yang menjual beraneka ragam alat musik itu. Aldi
memang sangat menyukai alat musik harmonika. Karena setiap kali mendengar
alunan suara dari harmonika,Aldi selalu mengatakan bahwa ia akan merasa tenang.
Dan itu terbukti ketika Aldi memainkannya untuk aku dan lisa, aku juga merasa
tenang setiap mendengar nada yang mengalun dari alat musik tersebut.
Aku
membelikan harmonika ini khusus untuk Aldi, semoga saja dengan harmonika ini
aldi bisa memainkannya untuk ku, lalu, aku menyuruh sang pramuniaga untuk
membungkus harmonika ini pada sebuah kotak berwarna pastel yang dihiasi pita
cantik berwarna cokleat.
malamnya,
begitu memasuki detik-detik pergantian tahun. Aku semakin gusar. Pasalnya,
sebentar lagi aku akan menyatakan perasaanku. Entah apa jawaban yang akan aku
terima nanti, aku tidak memikirkan itu. Yang terpenting aku harus menyatakan
perasaan ini. Karena perasaan ini akan semakin sesak jika aku terus-terus
memendamnya.
Aku
memasuki restoran dimana aku akan menemui seseorang sebagai ujung dari
penantianku selama ini..di restoran inilah aku membuat janji dengan Aldi tadi
siang saat di sekolah.. dan benar adanya, Aldi benar- benar datang dan menepati
janjiku untuk menemuiku di restoran ini. Aku kira dia tidak akan datang karena
menganggap ajakan ku sebagai gurauan.
Saat
hendak melangkahkan kaki menuju meja tempat Aldi duduk. Langkahku tertahan
begitu melihat sosok lain yang tidak asing lagi bagiku. Aku memastikan
penglihatan ku benar atau tidak,ternyata benar dia adalah Lisa. Mengapa Lisa
bersama Aldi? Bukankah seharusnya hanya ada aku dan Aldi saja disini?
“lalu
bagaimana dengan Rina?”
“itu
urusan belakangan, yang terpenting kita jaga hubungan kita ini sebaik-
baiknya,” kemudian Aldi mengecup punggung tangan Lisa.
Prakkk…kotak
berisi harmonika yang kubawa untuk Aldi terjatuh dari tangan ku..
Percakapan
yang aku dengar ini membuatku seakan diselimuti kebekuan, dan apa yang aku
lihat barusan, saat Aldi mengecup tangan Lisa dengan penuh perasaan membuatku
seolah terjatuh kedalam jurang yang penuh dengan duri- duri tajam. Duri yang
dengan ganasnya mencabik-cabik hatiku.. mataku mulai memanas, siap untuk meneteskan
buliran air mata yang sarat dengan kekecewaan. Namun, sebisa mungkin ku tahan
agar tidak keluar.
Bersamaan
dengan itu, Lisa dan Aldi menoleh ke arahku. Tampaknya mereka gelagapan begitu
menyadari kehadiran ku..
“kalian….”
Ucap ku lirih, berusaha sebisa mungkin untuk tidak mengeluarkan air mata, namun
usahaku sia-sia, air mataku dengan sukses mengalir deras.
Hatiku
sesak melihat kedua sahabatku yang tega menghianatiku. Terutama Lisa, ia
bermuka dua. Seolah tampak ingin membantuku, namun nyatanya ia malah menusukku
dari belakang.aku segera mengambil Harmonika yang tidak sengaja aku jatuhkan
tadi, kemudian berlari meninggalkan restoran…
Tanpa
sepengetahuanku, Aldi mengejarku. Dan ia berhasil meraih lenganku saat aku
berada diparkiran resto dan menarik tubuhku kedalam pelukannya. “jangan
menangis, aku tidak tega melihat mu menangis. Semua yang kamu lihat tidak
seperti yang kamu duga, aku bisa jelaskan”, ucap Aldi. Tapi hal ini malah
membuat ku semakin muak. Aku melepasakan tubuhku dari pelukan Aldi, dan sebuah
tamparan aku daratkan tepat dipipinya. PLAAAKKK…..
“jangan
pernah temui aku lagi, kalian berdua sama saja..!! kalian bukan lagi
sahabatku!”saat aku mengucapkan kalimat yang terakhir, seperti ada sesuatu yang
mengganjal, namun kalimat itu terlontar begitu saja dari mulutku.
Aldi
terdiam begitu mendengar ucapanku. Rahangnya mengeras tampak berusaha menahan
emosi.
Kemudian
Lisa datang dengan raut wajah penuh penyesalan. Aku yang masih emosi mendekati
Lisa..
“aku
kira kamu adalah sahabat yang baik, sahabat yang akan mendukung sahabatnya
sendiri, tapi ternyata itu semua salah, kamu tidak pantas disebut sebagai
sahabat,, sahabat macam apa yang tega menusuk sahabatnya sendiri dari belakang.”
Ketika aku ingin menampar Lisa, gerakan ku tertahan. Rasanya berat untuk
melakukan itu. Dan sepertinya, lisa siap menerima apa yang akan aku lakukan.
Karena matanya sudah terpejam rapat. Aku melangkah mundur menjauhi Lisa. Karena
tak ada reaksi apa-apa Lisa membuka matanya. Lisa menangis sambil berkata
“maafkan aku,”. Namun, aku tetap menjauh dan berbalik meninggalkan Aldi dan
Lisa. Aku bisa mendengar Lisa memanggil- manggil namaku, namun, aku mengacuhkan
panggilan itu..
Akhir
bulan desember yang suram.. tepat saat itu juga, kembang api memenuhi langit
malam yang awalnya mendung dengan berbagai macam warna, dan suara tiupan
terompet bergema dimana-mana.. pertanda telah memasuki awal tahun.. Namun itu
semua tidak sejalan dengan suasana hati ku…. Di akhir tahun yang seharusnya aku
rayakan dengan pesta bersama dua sahabatku, kini harus tergantikan dengan
kenyataan pahit yang baru saja ku terima.
**************
Kejadian
itu masih teringat jelas di dalam memori kepalaku. Kendati semuanya sudah
terjadi hampir 4 bulan yang lalu.
Ku
letakan kembali foto itu ke posisi semula. Sekilas,terbesit di pikiranku
bagaimana kabar mereka sekarang. Sejak akhir desember lalu, kami benar-benar
putus kontak. Apalagi, kami berbeda kelas. Selain itu, kami juga saling menjaga
jarak. Dan itu membuat kami jarang bertemu. Namun, begitu teringat kembali dengan
hal yang membuat dadaku sesak, kuputuskan untuk tidak memikirkan mereka lagi….
Aku
sudah terbiasa dengan keadaan dimana aku tidak lagi berkumpul dengan
sahabat-sahabatku. Sekarang semuanya terasa sepi dan hampa..yah hidup tanpa
sahabat memang lain rasanya bagiku..
tapi aku tidak bisa mengelak dari kenyataan. Karena, Inilah yang terjadi padaku
sekarang.
Aku
berjalan ke arah gerbang sekolah. Tiba- tiba ada seseorang yang memanggil
namaku.. aku menoleh kearah asal suara. Saat mengetahui siapa yang memanggil
ingin rasanya untuk menghindar. tapi disisi lain, enggan untuk
beranjak.seketika Kerinduan akan sahabatku muncul menyeruak ke tengah
permukaan. Bayangan masa lalu , terekam kembali bagaikan sebuah flim dalam
ingatanku, Cerita masa lalu kami yang penuh dengan canda dan tawa.
Aku
tersenyum pada Aldi, begitupun Aldi.selama beberapa saat kami terdiam dalam
pikiran masing-masing.kemudian Aldi memulai pembicaraan.
“gimana
kabar kamu?”
“baik,’’
jawabku bohong.kemudian aku melanjutkan ”kamu sendiri?”
‘’baik
juga,” jawab Aldi canggung. “hmm sebenarnya ada hal penting yang ingin aku
bicarakan. Tapi, tidak disini. Mmm kamu ada waktu?”
Aku
heran hal apa itu? Apa sesuatu yang menyangkut tentang kejadian empat bulan
lalu? Awalnya aku ingin menolak, tapi apa salahnya aku mendengarkan apa yang
akan dibicarakan oleh Aldi. Sebagai jawaban setuju akum mengangguk pada Aldi.
Disebuah
warung mie ayam dekat sekolah. Aldi memulai pembicaraannya.
“sekarang
ini Lisa sedang dirawat dirumah sakit,’’
Seketika
bola mataku membesar begitu mendengar pembicaraan Aldi. Lalu, ia melanjutkan.
“
kamu masih ingat kan sama kejadian malam tahun baru lalu? Sebenarnya saat itu
Lisa ingin membantumu, dia bercerita banyak tentang perasaan yang selama ini
kamu pendam,karena menurutnya kamu terlalu lama mengutarakan perasaanmu. Disisi
lain dia harus menahan perasaanya sendiri. Karena,dia juga sama
sepertimu.sama-sama menaruh hati padaku. Saat itu aku merasa bimbang. Jujur aku
tidak ingin hal ini terjadi pada kita. . beberapa menit sebelum kedatangan mu
Lisa menangis dihadapanku. Dia mengatakan kalau dia di diagnosa oleh dokter
mengidap penyakit kanker hati stadium 3. Awalnya aku tidak percaya, namun
setelah aku ingat-ingat kalau tubuh Lisa memang lemah dan dia selalu opname
setidaknya sekali dalam 3 bulan. Aku percaya dengan apa yang dikatakanya.” Aldi
terdiam. Lalu ia menarik nafas sebelum melanjutkan kembali pembicaraannya.
“setelah
mengetahui semuanya dari Lisa pikiran ku jadi kacau. Aku tidak bisa berfikir
jernih. Terus terang aku sangat shock begitu tahu tentang keadaan Lisa yang
sebenarnya. Yang aku ingin hanyalah membuat Lisa bahagia dan tersenyum, bukan
menangis seperti saat itu. Lalu, aku putuskan untuk mengajak Lisa pacaran.
Awalnya Lisa ragu dan sempat menolak. Tapi setelah aku yakinkan bahwa aku juga
menyukainya…” Degg.. ternyata Aldi menyukai Lisa, bukan aku. “akhirnya kami
putuskan untuk berpacaran. Tapi, sebelum kami memberitahumu, ternyata kamu
sudah mengetahuinya lebih dulu. Waktu itu, setelah kamu mengetahui semuanya.
Aku dan Lisa mengakhiri hubungan kami, Karena aku dan Lisa merasa tidak enak
padamu. Setelah kejadian itu, Lisa berulang kali menelfon mu tapi tidak pernah
kamu jawab, setiap Lisa datang kerumahmu, kamu tidak pernah mau menemuinya.
Padahal ia hanya ingin menjelaskan yang sebenarnya. Agar salah paham ini tidak
terus berlanjut.”
Aku
terdiam, sekujur tubuhku terasa beku. Ternyata selama ini aku hanya salah
paham. Semua ini terjadi karena keegoisanku yang tidak pernah mau mendengar
penjelasan baik itu dari Lisa ataupun Aldi. Sekarang,benteng pertahananku
runtuh seketika. Semua rasa benci,kesal, ketidak perdulian akan sahabatku
seakan terbenam kedasar jurang.
“Rin,,
“ aldi memanggil namaku saat mengetahui aku terdiam.. “Lisa, mmm…sudah dua
minggu ini koma di rumah sakit..”
JEDDERRR….
Petir seakan menyambar di dalam kepalaku. Benarkah yang di katakan Aldi
barusan.Lisa koma? Kenapa aku tidak pernah tau kalau Lisa mengidap penyakit
kanker hati. Sahabat macam apa aku, seharusnya kata seperti itu yang pantas
untuk ku.
Aku
terisak, bayangan akan Lisa muncul di benakku. Mengapa aku begitu jahat. Aku
menangis dalam kesediahn sekaligus penyesalan.Aldi meminjamkan bahunya sebagai
tempat ku bersandar…
*************************
Kulihat
tubuh itu terbujur kaku. Selang-selang infus menempel di setiap tubuhnya. Lisa
yang kulihat sekarang berbeda dengan beberapa bulan lalu. Apakah Lisa
mengetahui kehadiran ku saat ini??
Aku duduk disamping tempat tidurnya.
Jemarinya yang lentik tak bergerak sama sekali. Tak ada tanda-tanda kalau ia
akan bangun dari ‘tidur’nya. Air mataku kembali mengalir. Tak kuasa aku melihat
ini semua. Lisa harus mengalami penderitaan yang jauh lebih berat dariku.
Aldi
menepuk bahuku dari belakang. Ia juga sama sedihnya dengan ku. Aldi memberiku
sebuah kepingan CD dan sepucuk surat. “sebelum lisa koma,lisa menitipkan ku ini
untuk di berikan padamu.”
***************************
Hai Rin. Gimana kabar kamu sekarang? Rin, aku
mau minta maaf atas kejadian yang waktu itu.Aku tahu kamu masih marah sama aku.
Dan sepertinya kamu nggak akan bisa maafin aku, karena aku tahu gimana sakitnya
kalau aku ada diposisi yang sama denganmu. Sebelumnya maaf, karena aku cuma
bisa lewat surat. Sebenarnya aku ingin bicara langsung dihadapan mu. Tapi
karena kondisiku yang tidak memungkinkan. Kuputuskan lewat surat saja.. Rin,
jujur aku senang bisa punya sahabat seperti kamu. Masa-masa SMA-ku di isi
dengan canda tawa dan kehangatan kita bertiga. Walaupun, terkadang ada hambatan
yang menguji persahabatan kita. Tapi sampai kapanpun hal-hal yang seperti itu
tidak akan pernah aku lupakan. Aku tidak tahu kamu membaca suratku ini, entah
ketika aku masih ada di dunia ini atau tidak. Tapi yang pasti. Aku minta maaf
atas kesalahan yang pernah aku lakukan. Dan, aku rela kalau kamu bersama Aldi dan aku juga berbahagia kalau kamu
bersamanya J..
karena yang aku mau hanyalah kebahagiaan kedua sahabatku…
Salam sayang
Lisa…….
kemudian
aku memutar CD yang di berikan oleh Aldi tadi. Di dalam video tersebut tampak
Lisa dengan baju seragam rumah sakit tengah tersenyum manis menghadap kamera.
Walau wajahnya terlihat kurusan dan pucat, ia berusaha untuk tetap tampil
ceria. Mataku tertuju pada sebuah boneka beruang yang dipeluk Lisa. Aku ingat,
boneka itu adalah kado pemberianku saat Lisa berulang tahun yang ke enam belas.
Boneka itu sepertinya sangat dijaga oleh pemiliknya. Itu terlihat dari kondisi
boneka yang masih terawat dengan baik.
“hai
Rina,, kamu sudah baca suratku kan? Kamu jangan kaget melihat Video aku. Yah,
seperti inilah aku sekarang. Sejak februari lalu, aku menjadi pasien tetap di
rumah sakit ini. Maaf kalau aku nggak pernah cerita soal ini ke kamu.” Lisa
tersenyum ketir.
“oh
ya kamu masih ingatkan sama Boneka ini? Boneka ini selalu menemaniku setiap
tidur. Jujur Rin, aku kangen sekali sama kamu. Kapan aku bisa ketemu dengan mu
lagi? Kapan kita bisa berebut artis idola seperti dulu lagi? Kapan kita bisa
saling tukaran novel seperti dulu lagi? Aku kangen masa-masa itu.” Dalam Video
itu Lisa hampir menangis, lalu ia segera tersenyum agar tangisnya tidak pecah.
Tanpa sadar aku pun ikut menangis, aku tidak bisa menahan air mata yang sudah
membendung dikelopak mataku. Video itu
langsung aku matikan karena aku sudah tidak sanggup lagi melihatnya..
Dalam
keremangan cahaya lampu kamar, aku menangis dalam diam. Di kamarku inilah aku
menumpahkan tangisku dalam bentuk kerinduan akan Lisa. Ingin rasanya aku pergi
mengunjungi Lisa di ruang inapnya.namun, karena hari sudah begitu larut, ku
urungkan niatku.
************************************************
Untuk
yang kedua kalinya, aku menatap wajah itu. Wajah dengan mata yang tertutup
rapat. Mungkin saat ini Lisa tengah berada diambang batas antara dunia nyata
dan dunia lain yang belum pernah terjamah oleh manusia sepertiku.
Aku
berdiri disamping tempat tidurnya. Disebelahku ada Aldi dan kedua orang tua
Lisa serta kakaknya.
Ku
genggam jemari Lisa dengan erat, “sa, aku sudah maafin kamu, aku juga minta maaf karena sikapku waktu itu. Sebenarnya, sampai
kapan pun kamu akan tetap menjadi sahabat aku. Maaf kalau dulu aku berkata yang
tidak sepantasnya.. aku sayang kamu. Kamu sahabat terbaik aku. Lisa, Rina, Aldi
adalah BFF..” setelah mengatakan itu. Jemari Lisa lemas seakan tak bernyawa
bersamaan dengan bunyi alat pendeteksi jantung yang menjerit seakan memberitahu
kami bahwa roh Lisa sudah tidak berada di dunia ini lagi.
TIIIIIIIIIITTTTTTT……
semua yang kulihat seolah tak berwarna. Hanya ada warna hitam dan putih dan apa
yang kulihat seperti bergerak dalam keadaan slow motion. Suara tangisan
orang-orang di sekitarku tak dapat ku dengar. Aku terdiam ditempatku berdiri. ‘
Sesuatu’ yang sangat berharga telah hilang dariku. ‘Sesuatu’ itu direnggut oleh-Nya
persis di depan mataku.
Lisa
telah pergi meninggalkan kami. Walaupun begitu, tampaknya ia bahagia. Karena ia
seolah telah melepaskan beban yang selama ini ia bawa. Lisa pergi dengan
tenang. Ia seperti menunggu kehadiranku dan ia ingin ‘dilepas’ saat kedua
sahabatnya beradadi dekatnya, Menghantarkan kepergiannya ke suatu tempat yanng
damai.
************************************
Pusara
itu mengingatkanku pada seseorang. Dibatu nisannya terukir sebuah nama yang
sangat ku kenal “Monalisa Veronika”. Yah, pemilik nama itu, jika ia masih ada
di dunia ini. Mungkin sekarang tengah merayakan ulang tahunnya yang ke tujuh
belas.
Ku
letakan sebuah harmonika berwarna kuning keemasan di atas pusaranya. Mungkin
harmonika ini akan menjadi kado terindah untuknya. Dimana setiap nada yang
keluar dari alat musik ini, merupakan cinta kami bertiga yang terjalin atas
dasar ketulusan. Usai menaburi berbagai kembang. Aku dan Aldi beranjak dan meninggalkan tempat peristirahatan terakhir
Lisa, sahabat kami…
**THE END***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tinggalkan komentar ^^